Jamaah jumah rohimakumullah, marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah SWT. Dalam momen tahun baru hijriah ini mari kita renungkan apa yang telah kita capai dan apa yang akan menjadi target kita dalam kehidupan mendatang.
Mari kita renungkan apa yang sebenarnya kita miliki coba pikirkan rumah, uang di rekening, kendaraan, gelar yang di banggakan, semua itu hanya terasa milik kita ketika kita mengingatnya. Tapi begitu kita lupa atau tidur semuanya lenyap hilang dari kesadaran seolah-olah tak perah ada. Perah kita terbangun dengan perasaan tak ingat siapa dan di mana kita berada, tidak ingat kita punya punya ini itua. Apa yang kita memiliki hanyalah tipuan terbesar yang pernah diciptakan manusia. Sebuah kebohongan kolektif yang kita sepakati agar merasa aman, padahal setiap malam kita semua kembali ke titik nol menjadi makhluk tanpa harta tanpa identitas tanpa kepemilikan apaun.
Jadi apa yang benar-benar kita punya ? atau jangan-jangan tidak ada sama sekali. Kita pernah lupa di mana menyimpan uang atau barang penting selama benda itu tak ada dalam ingatan kita seakan-akan ia tidak pernah ada tapi begitu kitaa menemukannya kembali tiba-tiba rasa memiliki itu kembali menyala. Lucunya dengan benda yang sama tapi perasaan kita terhadapnya berubah hanya karena kita mengingatnya atau tidak.
Begitu pula dengan harta yang kita tumpuk, properti yang kita beli, kebun yang kita usahakan semua itu terasa milik kita hanya karena kita masih mengingatnya. Coba bayangkan ada miliarder yang memiliki rekening dengan miliaran dolar tapi ia lupa akan rekening itu, secara hukum uang itu masih miliknya tapi dalam realitasnya ia sama saja seperti orang yang tidak memiliki uang speser pun. Karena apa yang tidak kita sadari tak benar-benar menjadi bagian dari hidup kita. Manusia menggantungkan rasa memiliki pada ingatan sebuah ilusi yang rapuh karena kita tahu, betapa mudahnya lupa datang dan mengambil segalanya.
Tidur adalah momen saat kita kehilangan segalanya, setiap malam kita memasuki dunia di mana kita bukan siapa-siapa, tidur menghapus semua klaim kita atas dunia, saat terlelap kita tidak punya nama, tidak punya rumah tidak punya uang, tidak punya status sosial, kita hanya sebuah kesadaran yang melayang di dalam kegelapan tanpa menyadari apa yang pernah kita perjuangkan di dunia nyata. Bayangkan ada seseorang yang sangat kaya tidur di kasurnya yang empuk di rumah mewahnya. Saat ia terlelap Apakah ia masih seorang miliarder ? secara teknis Iya tapi pada level pengalaman ia tidak lebih kaya dibandingkan seorang gelandangan yang tidur di trotoar, keduanya sama-sama kehilangan kepemilikan mereka selama tidur.
Jadi jika kepemilikan bisa hilang begitu saja hanya karena kita kehilangan kesadaran, dunia kita hidup hanya dibangun di atas kesepakatan yang kepemilikannya berdasarkan ingatan, tapi kenyataannya tidak ada satuun di dunia ini yang benar-benar bisa kita genggam selamanya. Sejarah penuh dengan kisah orang yang kehilangan segalanya dalam semalam inflasi menghancurkan tabungan perusahaan bangkrut rumah disita atau bahkan yang lebih tragis seseorang kehilangan ingatannya, dan seketika ia bukan lagi pemilik dari apun yang pernah ia kumpulkan, tanpa ingatan tanpa kesadaran segalanya menguap seperti kabut pagi yang diterpa matahari.
Lalu jika kepemilikan begitu rapuh mengapa kita menghabiskan hidup mengejarnya ? jika kepemilikan adalah ilusi lalu apa yang nyata ? jika kita berani menelanjangi ilusi ini kita akan sadar bahwa kita tak pernah benar-benar memiliki apapun, kita hanya meminjam dari waktu dari keadaan dari keberuntungan, bahkan tubuh kita sendiri suatu hari nanti akan dikembalikan ke bumi.
Jadi apa yang benar-benar kita miliki mungkin hanya pengalaman hanya yang kita sadari dan rasakan sepenuhnya saat ini, mungkin bukan tentang benda uang atau status tetapi tentang seberapa kita hidup setiap detik yang kita jalani. karena pada akhirnya saat kesadaran kita padam untuk terakhir kalinya semua yang kita kumpulkan akan lenyap dan pada titik itu kita akan menyadari satu hal yang seharusnya sudah kita sadari sejak awal, bahwa sejak awal kita memang tidak pernah memiliki apa-apa. Pernahkah kita benar-benar memiliki sesuatu bukan sekadar merasa memilikinya tapi benar-benar memilikinya dalam arti bahwa benda itu akan tetap menjadi milik kita selamanya tanpa kemungkinan hilang diambil atau berubah, jika kita jujur jawabannya adalah tidak. Semua yang kita klaim sebagai milik kita pada akhirnya hanya kita pakai kita nikmati lalu kita tinggalkan kita tidak benar-benar memiliki apapun, kita hanya diberi izin untuk menggunakannya dalam jangka waktu tertentu.
Lihatlah rumah yang kita tinggali, kita mungkin membelinya dengan uang hasil jerih payah, tapi apakah rumah itu benar-benar milik kita ? tidak, Ia hanya menjadi tempat berteduh selama kita masih hidup, selama kita masih mampu membayar pajaknya, selama hukum masih mengakui surat kepemilikan kita, tapi begitu kita mati rumah itu akan berpindah tangan bisa diwariskan bisa dijual, pada akhirnya rumah itu bukan milik kita, kita hanya memakainya untuk sementara waktu.
Begitu pula dengan tanah, manusia menghabiskan hidupnya berebut sepetak tanah menancapkan plang bertuliskan dilarang masuk tanah pribadi seolah-olah mereka benar-benar memiliki bumi ini padahal tanah itu sudah ada Jauh sebelum mereka lahir dan akan tetap ada lama setelah mereka mati. Satu-satunya yang mereka miliki hanyalah hak guna izin sementara untuk menggunakan tanah itu sampai waktu mereka habis bahkan tubuh kita sendiri bukan benar-benar milik kita, kita menggunakannya untuk menjalani hidup tapi kita tidak bisa benar-benar mengendalikannya, kita tidak bisa mencegahnya menua tidak bisa menolak sakit tidak bisa menghindari kematian dan pada akhirnya tubuh ini pun akan dikembalikan ke tanah menjadi debu yang tak lagi bisa diklaim oleh siapun.
Lalu bagaimana dengan harta benda lain uang kendaraan perhiasan bisnis ? sama saja, semua itu hanya bisa kita gunakan ketika kita masih hidup dan sadar akan kepemilikannya, tapi setelah kita mati atau bahkan hanya lupa kita kehilangan maknanya, seberapapun kayanya seseorang Ia tetap tak bisa membawa sepeser pun kekayaannya ke alam baka begitu ia mengembuskan nafas terakhir rekening banknya tak lebih dari sekumpulan angka tanpa pemilik.
Jadi kalau dipikir-pikir kita sebenarnya bukan pemilik dunia ini kita hanya penyewa hanya pengguna sementara yang diberikan kesempatan untuk menikmati apa yang ada, lalu kalau kepemilikan hanyalah ilusi, dan yang kita miliki hanyalah hak guna apa yang seharusnya kita lakukan mungkin jawabannya sederhana berhenti terobsesi untuk memiliki dan mulai belajar untuk menggunakan dengan bijak karena pada akhirnya semua yang kita genggam akan lepas satu-satunya yang tersisa hanyalah bagaimana kita menggunakannya sebelum waktu kita habis.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ